Rabu, 13 Desember 2017

Paparan Asap Rokok di Tempat Kerja



 Hasil gambar untuk cigarette
Paparan asap rokok selalu dikaitkan dengan penyakit kronis seperti kanker paru – paru, penyakit jantung koroner, dan stroke dan efek reproduksi yang merugikan, termasuk berat lahir rendah, saat ibu terpaparan asap rokok. Namun, beberapa wanita tidak bisa menghindari merokok selama kehamilan.

Beberapa wanita banyak wanita yang terpapar asap rokok di tempat kerja. Survei mengenai kesehatan masyarakat Amerika menyatakan bahwa sekitar 1 dari 10 orang perokok bekerja di usia produktif Amerika Serikat. Wnaita yang bekerja di dapur pada industri jasa katering, restoran, bar lebih sering terpapar asap rokok. Banyak undang – undang yang membiarkan pekerja wanita terpapar bebas asap rokok.  wanita dengan pendidikan formal kurang dari dua tahun (yang tidak lulus perguruan tinggi dan Sekolah Menengah Atas) lebih mungkin terpajan  dibandingkan dengan wanita dengan pendidikan lebih tinggi. Wanita dengan pendapatan rendah  dan sedang lebih mungkin dibandingkan dengan mereka yang berpenghasilan lebih tinggi untuk bekerja di tempat dimana terdapat bebas asap rokok.

Ketika melihat pekerjaan dimana berada dalam keadaan bahaya seperti paparan kimia, uap, pernafasan, debu, gas, asap, pelecehan, intimidasi atau ancaman di tempat kerja wanita cenderung terpapar lebih tinggi terhadap asap rokok.  NIOSH merekomendasikan agar semua tempat kerja bebas rokok. tempat kerja bebas asap tidak hanya baik untuk pekerja hamil dan bayi, tapi juga untuk kesehatan pekerja. 
Candice Y. Johnson, Ph.D.
Dr. Johnson is a reproductive epidemiologist in the NIOSH Division of Surveillance, Hazard Evaluations, and Field Studies.


Pekerja Wanita di Tempat Kerja



Lebih dari 58% wanita Amerika Serikat  mendominasi tempat kerja. Wanita menghadapi tantangan kesehatan di tempat kerja yang berbeda seperti wanita cenderung memiliki kasus carpal tunnel syndrome , tendonitis, penyakit pernafasan, penyakit menular, kegelisahan, gangguan stres lebih tinggi daripada pria. Faktor sosial, ekonomi, dan budaya juga bagi perempuan yang berisiko mengalami luka dan penyakit. Sementara eksposur di tempat kerja dapat mempengaruhi reproduksi laki – laki maupun perempuan. Di bawah ini, akan ada ringkasan terhadap bahaya yang dihadapi perempuan di tempat kerja.

Isu Masalah Reproduksi Perempuan di Tempat Kerja
Di dunia kerja, terdapat sekitar 75% wanita usia reproduktif . lebih dari separuh anak yang lahir di Amerika Serikat lahir dari ibu yang bekerja. Saat seseorang wanita hamil bekerja, paparannya di tempat kerja dapat mempengaruhi bayinya yang sedang berkembang. Rendahnya kadar zat kimia dan zat lain yang mungkin tidak berbahaya bagi ibu. Beberapa pekerja berisiko seperti di kalangan perawat, ahli kecantikan, pekerja pertanian, pramugari. 


Banyaknya pekerja yang hamil di tempat kerja diharapkan agar sebagian besar pekerja hamil dapat mengurangi risiko konsekuensi kesehatan ibu dan janin. Diharapkan  wanita hamil yang bekerja dalam kondisi sehat selama bekerja.

Ergonomi
Pekerja wanita memiliki lebih banyak kasus gangguan muskuloskeletal yang berkaitan dengan pekerjaan yang menyerang pada otot, saraf, tendon, tulang rawan, lengan, kaki, leher atau punggung daripada  pria. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami perbedaan  gangguan muskuloskeletal antara pria dan wanita ini.

Stres/organisasi kerja
Tingkat penyakit terkait stres. Stres kerja selalu dikaitkan dengan penyakit jantung, gangguan otot/tulang, depresi, dan kelelahan. NIOSH bekerja untuk menemukan penyebab stres di tempat kerja dan cara mencegahnya. Tidak seimbangnya tugas kerja dan keluarga dapat memberi tekanan berlebih pada wanita yang di hampir  semua keluarga memiliki tanggungjawab utama untuk mengurus anak dan orang tua. Pada tahun 2011, lebih dari 70% ibu dibawah 18 tahun berada dalam angkatan kerja. Ketika tuntutan tanggungjawab antara keluarga dan pekerjaan datang bersamaan, maka timbulah stres sehingga dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik dan mental.

Selain itu, wanita lebih mungkin dibandingkan pria bekerja paruh waktu, sementara atau  kontrak kerja sementara. Wanita yang  bekerja dalam kondisi tidak aman (unsafe action) dapat berpotensi membawa masalah. Sehingga apabila menemukan kondisi tidak aman yang berhubungan dengan pekerja segera laporkan kepada pihak terkait.

Kanker
Di Amerika Serikat 232.340 terdapat kasus baru kanker payudara pada wanita dan 12.340 kasus baru kanker serviks  yang terlapor pada tahun 2013. Paparan di tempat kerja untuk zat bebrahaya dapat berperan dalam pengembangan tingkat keparahan kedua kanker ini.

Kekerasan
Dibanding pria, wanita memiliki banyak kematian terkait pekerjaan. Namun, pada tahun 2011, kasus pembunuhan menyebabkan 26% kematian pada pekerja wanita, hal ini menjadi penyebab kematian kedua di tempat kerja. Sementara sepertiga kasus pembunuhan di tempat kerja diantaranya terkait dengan perampokan.  Hampir 2 dari 5 kasus pembunuhan di tempat kerja dilakukan oleh kerabat/rekan kerja.

Perlengkapan Pelindung Pribadi
Wanita memungkin menghadapi gangguan kesehatan dan keselamatan kerja lebih tinggi dibandingkan pria. Fungsi pelindung seperti resipirator, sarung tangan, sepatu kerja dan peralatan pelindung lainnya dapat disesuaikan dengan pekerjaan.

Informasi spesifik industri
Hampir dalam semua aspek kerja di Amerika wanita selalu memiliki peran. Beberapa industri berikut ini mempekerjakan sejumlah wanita . pada tahun 2011, diperkirakan 556.000 perempuan bekerja di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Dibidang pertanian, wanita dapat terkena pestisida dan bahan kimia, berisiko mengalami luka traumatis, gangguan muskuloskeletal dan penyakit pernafasan.

Konstruksi
Pada tahun 2011, 828.000 wanita bekerja dalam konstruksi. NIOSH  berusaha untuk memperbaiki masalah gangguan keselamatan dan kesehatan konstruksi. Wanita yang bekerja dalam konstruksi berpotensi lebih besar terkena gangguan muskuloskeletal, suara bising, dan gangguan pendengaran, asap, dan stres kerja.

Perawatan Kesehatan
Pada tahun 2011, lebih dari 14,8 juta wanita bekerja dalam perawatan kesehatan dan bantuan sosial. Wanita yang bekerja di bidang kesehatan berpotensi terkena penyakit dan luka yang disebabkan perubahan fisik, kekerasan, paparan penyakit menular dan penyakit diare dan bahan kimia berbahaya.

Pabrik
Makanan, pakaian, baham kimia, furnitur minyak, batubara hanyalah beberapa produk olahan oleh pekerja pabrik. Pada 2011, lebih dari 4 juta wanita bekerja di bidang manufaktur. Dengan berbagai macam produk, wanita bekerja dengan risiko terkena paparan bahan kimia berbahaya.

Penjualan
Pada tahun 2011, diperkirakan 7,6 juta wanita bekerja dalam bisnis penjualan pekerja wanita ini memungkinkan terkena risiko stres kerja, kekerasan di tempat kerja, gangguan muskuloskeletal.

Pengangkutan
Pada tahun 2011, 1,6 juta wanita bekerja di bidang transportasi, pergudangan dan utilitas. Wanita yang bekerja di bidang transportasi memungkinkan terkena potensi bahaya kecelakaan pada transportasi, luka akibat jatuh dan penyakit pernafasan.  Perempuan merupakan bagian integral dari semua aspek angkatan kerja  di Amerika Serikat. Dari tahun 2008 hingga 2018, angkat kerja perempuan diproyeksikan meningkat sebesar 9,0%. Jumlah wanita berusia 65 sampai 74 di angkatan kerja diperkirakan meningkat 89,8%.
References
[i] BLS Reports  Women in the Labor Force: A Databook, Report 1040, February 2013; URL  www.bls.gov/cps/wlf-databook2012.pdf
[ii]LA  MacDonald, TR Waters, PG  Napolitano, DE Goddard, M A Ryan, P Nielsen, SD. Hudock. Clinical guidelines for occupational lifting in pregnancy: evidence summary and provisional recommendations. Am J Obstet Gynecol,  (March 2013).  http://dx.doi.org/10.1016/j.ajog.2013.02.047
[iii] http://www.cancer.gov/cancertopics/types/breast
[iv] http://www.cancer.gov/cancertopics/types/cervical
[v] BLS Reports  Women in the Labor Force: A Databook, Report 1040, February 2013; www.bls.gov
[vi] http://www.bls.gov/spotlight/2011/women/audio.htm






PAPARAN BAHAYA TERHADAP KULIT



Diperkirakan lebih dari 13 juta pekerja di Amerika Serikat Berpotensi terkena paparan bahan kimia yang bisa diserap melalui kulit. Paparan zat berbahaya terhadap kulit dapat menyebabkan berbagai penyakit dan gangguan kerja, termasuk penyakit kulit akibat kerja dan toksisitas sistemik. Upaya mengendalikan eskposur bahan kimia di tempat kerja terhadap agen berbahaya hanya berfokus pada pencegahan inhalasi daripada eksposur kulit.
  Silhouette of person showing area of skin diseases

OSD (Occupational Skins Diseases) adalah tipe penyakit bawaan yang paling umum yang menyerang kulit seperti :
1.    Dermatitis kontak iritan
2.    Dermatitis kontak alergi
3.    Kanker kulit
4.    Infeksi kulit
5.    Cidera kulit
6.    Penyakit kulit lain – lain



Pekerja berisiko 
 worker using a sprayer Worker worker

Pekerja berisiko pada paparan bahaya kimia ke kulit seperti :
1.    Pelayanan makanan
2.    Tata rias
3.    Perawatan kesehatan
4.    Pertanian
5.    Lukisan
6.    Pekerja pembersihan
7.    Mekanika
8.    Percetakan/litografi
9.    Konstruksi

Anatomi & Fungsi Kulit                
Kulit adalah organ tubuh terbesar, terhitung lebih besar 10% massa tubuh. Kulit memiliki sejumlah fungsi seperti :
1.    Perlindungan
2.    Pelestarian air dalam tubuh
3.    Penyerapan
4.    Sensasi sentuhan
5.    Reservasi kalori
6.    Sintesis vitamin D
7.    Kontrol suhu
8.    Pelumas dan waterproofing

Skin Hazard
  circular diagram showing mixed exposures: biological, mechanical, physical, chemical
Penyebab OSD meliputi agen kimia, trauma mekanis, agen fisik, dan agen biologis.

1.    Agen kimia merupakan penyebab utama penyakit kulit dan gangguan kerja. Agen ini dibagi menjadi dua jenis seperti iritasi primer dan sensitizer. Iritasi primer atau langsung beraksi langsung pada kulit. Sensitisasi mungkin tidak menyebabkan reaksi langsung pada kulit. Cara kontak bahan kimia dengan pekerja langsung melalui kulit seperti :
a.    Kontak langsung dengan permukaan yang terkontaminasi
b.    Pengendapan aerosol
c.    Perendaman
d.    Percikan
2.    Agen fisik seperti suhu ekstrim (panas atau dingin) dan radiasi (radiasi UV/matahari)
3.    Trauma mekanis, meliputi gesekan, tekanan, lecet, laserasi dan memar (goresan, luka dan memar)
4.    Trauma biologis meliputi parasit, mikroorganisme, tumbuhan dan bahan yang mengandung unsur hewani lainnya.

Absorpsi Dermal
Absorpsi dermal adalah pengangkutan zat kimia dari permukaan kulit luar ke dalam tubuh. Studi menunjukan bahwa absorpsi bahan kimia melalui kulit memiliki pengaruh signifikan. Banyak pestisda digunakan di tempat kerja seperti pestisida, pelarut organik. Bahan kimia ini masuk ke aliran darah dan menyebabkan masalah kesehatan.

Tingkat absorpsi dermal sangat bergantung pada lapisan luar kulit yang disebut stratum korneum (SC) . SC berfungsi sebagai penghalang penting dengan menjaga molekul masuk dan keluar dari kulit, sehingga melindungi lapisan bawah kulit. Tingkat absorpsi tergantung pada faktor – faktor berikut :
1.    Integritas kulit (rusak & utuh)
2.    Lokasi paparan (shu, kadar air stratum korneum, suhu kulit)
3.    Sifat fisik dan bahan kimia pada permukaan kulit
4.    Jangka waktu pemaparan
5.    Luas permukaan kulit yang terkena zat berbahaya

Penelitian telah mengungkapkan bahwa absorpsi kulit terjadi melalui difusi, proses yang menyebar di daerah konsentrasi tinggi hingga daerah dengan konsentrasi rendah. Tiga mekanisme absoprsi oleh bahan kimia :
1.    Jalur lipida interselular
2.    Transrellular permeation
3.    Melalui pelengkap
  diagram of skin showing Intercellular lipid pathway
Gambar 1 : Jalur lipida interselular

Seperti ditunjukan pada gambar 1, SC terdiri dari corneocytes. Ruang antara corneocytes diisi dengan zat seperti lemak, minyak, atau waz yang dikenal sebagai lipid. Beberapa bahan kimia dapat menembus ruang interselular yang terisi lipid ini melalui difusi.

 diagram of skin showing Transcellular permeation
Gambar 2 : Transrellular permeation

Seperti ditunjukan pada gambar 2, jalur lain untuk  kimia transellular atau sel ke sel adalah permeasi molekul yang menyebar secara  langsung melalui kornea mata.
  diagram of skin showing pathway for diffusion of chemicals Through the appendages (hair follicles, glands)
Gambar 3 : melalui pelengkap (folikel rambut)

Seperti ditunjukan pada gambar 3, jalur ketigas untuk difusi bahan kimia dan kulit adalah pelengkap kulit (yaitu folikel rambut). Jalur ini biasanya tidak signifkan karena luas permukaan pelengkap sangat kecil dibandingkan dengan luas kulit total. Namun, bahan kimia pelembab yang sangat lambat dapat menggunakan jalur sebagai tahap awal absorpsi.

Kontak Dermatitis
Kontak dermatitis juga disebut eksim adalah sebagai peradangan pada kulit akibat terpapar zat berbahaya. Eksim adalah bentuk OSD yang paling umum, dan merupakan beban yang luar biasa bagi pekerja di negara maju. Data epidemiologi menunjukan bahwa dermatitis terjadi sekitar 90 – 95% dari semua kasus OSD di Amerika Serikat. Gejala umum dermatitis meliputi :
1. Gatal
2. Kemerahan
3. Pembengkakan
4. Pembentukan lecet kecil (gatal, lingkaran merah dengan sentral putih pada kulit)
5. Kering, mengelupas, bersisik dan menimbulka efek retak

Dermatitis kontak kerja sering dibagi menjadi dua kategori :
1.    Iritan Contact Dermatitis (ICD) adalah reaksi non – imunologis yang bermanifetasi sebagai peradangan pada kulit yang disebabkan oleh kerusakan langsung pada kulit setelah terpapar zat berbahaya. Reaksi ini biasanya dilokalisasi ke tempat kontak. Data yang ada menunjukan bahwa ICD mewakili sekitar 80% dari semua kasus kontak dermatitis kerja. ICD  dapat disebabkan oleh respon fototoksik (misalnya tar) eksposur akut terhadap zat yang sangat mengiritasi (misalnya asam, basa, zat pengoksidasi/periduksi) atau eksposur kumulatif kronis terhadap iritan ringan (misalnya air, detergen, bahan pembersih lemak).
2.    Alergen Contact Dermatitis (ACD) adalah radang kulit yang disebabkan oleh reaksi imunologis yang dipicu oleh kontak kulit dengan alergen kulit. ACD dapat terjadi apabila pekerja peka terhadap alergen. Paparan kulit pada agen alergen dapat menimbulkan reaksi imunologis yang mengakibatkan radang pada kulit. Reaksi tidak terbatas pada tempat kontak dapat juga menyebabkan respons sistemik. ACD dapat disebabkan oleh senyawa industri seperti logam, resin epoksi, akrilik, aditif karet, zat antara kimia, bahan kimia pertanian seperti pestisida dan pupuk, bahan kimia komersial.

Karena gejala dan presentasi ICD dan ACD sangat mirip, sangat sulit untuk membedakan antara dua bentuk dermatitis kontak tapi melakukan uji klinis . Tingkat keparahan dermatitis kontak sangat bervariasi dan bergantung pada banyak faktor termasuk :
1.    Karakteristik zat berbahaya (iritan dan alergen)
2.    Konsentrasi zat berbahaya (iritan dan alergen)
3.    Durasi dan frekuensi terpapar zat berbahaya
4.    Faktor lingkungan (misalnya suhu dan kelembaban)
5.    Kondisi kulit  (kulit sehat vs rusak, kering vs basah)



Paparan Asap Rokok di Tempat Kerja

  Paparan asap rokok selalu dikaitkan dengan penyakit kronis seperti kanker paru – paru, penyakit jantung koroner, dan stroke dan e...