TOKSIKOLOGI
1. PENGERTIAN
§
TOKSIKOLOGI
Ilmu yang mempelajari tentang racun –
racun, efek racun terhadap manusia/makhluk hidup, cara – cara
mendeteksi/mengatur serta mempelajari zar penawar/okcidatumnya.
§
RACUN
Bahan/senyawa yang dalam jumlah
relatif sedikit dapat membahayakan kesehatan jiwa manusia, dapat menimbulkan
gejala – gejala keracunan.
§
Toksisitas
Toksisitas suatu zat adalah kemampuan
suatu zat tersebut untuk menimbulkan kerusakan pada organisme hidup.
§
LD
– 50 (Lethal 50)
LD-50 suatu zat adalah dosis mg/kg
berat zat tersebut yang dapat menyebabkan kematian pada 50% binatang percobaan
dari suatu group spesies yang sama.
§
LC
– 50 (Lethal konsentrasi 50)
LC- 50 suatu zat adalah
kadar/konsentrasi PPm yang dapat menyebabkan kematian pada 50% binatang
percobaan dari suatU group spesies setelah binatang – binatang percobaan
terpapar (melalui instalasi) oleh zat kimia tersebut dalam waktu tertentu.
§
Bagian
dalam sejuta (BDS)
Bagian dalam sejuta atau part per
million (PPM) merupakan satuan dari NAB kimia dan PPM adalah suatu bagian
volume suatu zat dalam satu juta bagian volume udara.
§
NAB
Nilai ambang batas bahan – bahan kimia adalah dalam udara
tempat kerja yang merupakan pedoman pengendalian agar pekerja masih dapat
menghadapinya dengan tidak mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan atau
kenikmatan kerja dalam pekerjaan sehari untuk waktu tidak boleh lebih dari 8
jam sehari dan 40 jam seminggu.
2. Bahan –
bahan beracun
Bahan –
bahan yang dapat berupa racun dapat dibedakan :
·
Biological
toxicant:
Racun yang dihasilkan oleh makhluk
hidup misalnya, serangga, ular,anjing gila dan sebagainya, yang mempunyai efek
biologi pada organ dan sistem organ tubuh.
·
Bachterial
toxicant: racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri
·
Botanical
toxicant: racun yang dihasilkan oleh tumbuh – tumbuhan.
·
Chemical
toxicant : bahan – bahan kimia umum yang sering menimbulkan keracunan seperti
golongan pestisida, gas, logam berat, organik.
3. Faktor –
faktor yang mempengaruhi toksisitas zat kimia
Terdapat berbagai
faktor yang mempengaruhi toksisitas suatu zat
kimia dan faktor – faktor tersebut adalah :
a.
Sifat
– sifat fisik (physical properties)
Bahan kimia yang terdapat di tempat kerja dapat
berbentuk gas, uap, debu, fume, asap, kabut, fog. Timah hitam berbentuk fume
adalah lebih toksik dari bentuk debu karena ukuran fumes sangat kecil (1 um).
b.
Sifat
– sifat kimiawi (chemical properties)
Karakteristik
kimiawi suatu zat antara lain menyangkut daya larut (dalam air atau lemak),
jenis persenyawaan, konsentrasi dan berat molekul. Gas – gas yang sangat mudah
larut dalam air (amonia dsn sulphur dioksida) nilai pada kadar yang rendah akan
menyebabkan iritasi pada mukosa saluran pernafasan atas. Gas – gas ini setela
terhirup akan segera larut dalam air yang terdapat mukosa saluran atas sehingga
lesi atau kerusakan jaringan akan terdapat daerah tersebut, sedangkan gas – gas
yang tidak mudah larut dalam air (nitrogen dioksida, ozon, foegen) dapat dengan
mudah mencapai saluran pernafasan bagian bawah/alveoli. Gas – gas yang daya
larutnya dalam air tergolong sedang (klor, flour) akan menyebabkan iritasi baik
pada saluran pernafasan bagian atas maupun bawah.
Bentuk
atau jenis persenyawaan suatu zat juga berpengaruh dalam menentukan gejala
klinis dan kelainan organik yang akan timbul. Sebagai contoh perubahan perilaku
lebih banyak ditemukan pada mereka yang terpapar merkuri anorganik atau
elemental merkuri, sedangkan kelainan syaaf tepi (pheriheral neuropathy) dapat
terjadi baik pada pemaparan merkuri anorganik maupun organik.
c.
Lama
pemajanan
Lama pemajanan
terhadap tubuh manusia akan sangat mempengaruhi jumlah bahan kimia beracun
masuk ke dalam tubuh.
d.
Port
D entre (jalan masuk ke dalam tubuh )
Zat kimia
mask ke dalam tubuh dapat melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan dan
kulit/mukosa. Ditinjau dari segi toksikologi industri, instalasi merupakan cara
masuknya zat – zat kimia ke dalam tubuh yang paling penting dan selanjutnya
adalah melalui kontak dengan kulit. Walaupun saluran pencernaan merupakan
tempat absorbsi zat – zat kimia yang cukup potensial, namun jumlahnya biasanya
tidak signifikan meskipun terdapat kebiasaan suka menelan dahak, makan tanpa
sendok atau merokok di tempat kerja.
e.
Kerentanan
individu
Efek bahan
kimia terhadap kesehatan juga dipengaruhi oleh faktor karena individu : usia,
jenis kelamin, ras, status gizi, kebiasaan merokok dan minuman keras dan status
kesehatan.
f.
Dosis
Jumlah/konsentrasi
racun yang masuk dalam badan akan mempengaruhi tingkat keracunan terhadap
tubuh.
4. Klasifikasi
racun
Suatu zat
dikatakan sangat beracun bila zat tersebut dapat diserap oleh tubuh dengan
cepat tetapi metabolisme dan ekspresinya terjadi secara lambat sehingga hal ini
akan menyebabkan perubahan zat tersebut dalam tubuh. Keadaan ini dapat
menyebabkan perubahan jaringan yang permanen atau kematian. Toksisitas suatu
zat menurut perubahan jaringan yang terjadi dapat diklasifikasikan menjadi tiga
golongan yaitu :
a.
Zat
– zat dengan toksisitas rendah yaitu zat – zat yang dapat menyebabkan perubahan
biologis pada jaringan yang sifatnya reversible, baik dengan atau tanpa
pengobatan.
b.
Zat
– zat dengan toksisitasnya sedang yang dapat menyebabkan perubahan biologis
pada jaringan yang sifatnya reversible atau irreversible dan perubahan jaringan
tersebut biasanya tidak begitu hebat sehingga tidak akan mengancam jiwa
seseorang atau akan menimbulkan cacat fisik yang serius.
c.
Zat
– zat dengan toksisistasnya tinggi yaitu zat – zat dimana pada kadar yang
rendah dan pada pemaparan yang berulang
dan terus menerus dapat menyebabkan kematian atau cacat fisik yang
serius.
Untuk menentukan
klasifikasi racun yaitu apakah zat racun itu sangat beracun atau kurang beracun
tingkahnya ditentukan oleh besarnya (LD50). LD 50 adalah besarnya dosis dalam
mg/kg dari racun yang diberikan lewat oral (mulut) kepada binatang percobaan
yang dapat mengakibatkan 50% dari binatang percobaan tersebut mati. Berdasarkan
LD50 klasifikasi racun dapat dibagi:
TINGKAT
RACUN
|
BESARNYA
DOSIS
|
Tingkat
I (super toxic)
|
Kurang dari
1
|
Tingkat
II (extremely toxic)
|
1-5
|
Tingkat
III (Hightly toxic)
|
5 – 50
|
Tingkat IV
(Moderately toxic)
|
50 – 500
|
Tingkat
V (Sligtly toxic)
|
500 –
5000
|
Tingkat
VI (Practicaly non toxic)
|
5000 -
15000
|
5. Proses
Fisiologis
- Penyebaran racun dalam badan
Bahan toksik
ke dalam tubuh dan kemudian ke dalam darah tergantung dari cara transportasinya
:
§
Gas
dan vapour secara fisik larut dalam plasma.
§
Beberapa
gas larut dan terikat dalam haemoglobin atau eritrosit.
§
Transportasi
elektrolit dalam bentuk ion di plasma.
§
Hidrolisa
dari senyawa toksik membentuk koloid dalam darah.
Setelah mengalami
transportasi dalam aliran darah, bahan toksik berkontak dengan sel – sel dari
organ tubuh, misalnya : paru – paru, hati, susunan syaraf pusat/tepi, susum
tulang, ginjal, kulit, darah, dll. Bahan – bahan beracun dalam industri
biasanya bersifat mudah larut dalam lemak sehingga organ – organ tubuh yang
berkadar lemak tinggi seperti pada jaringan otak, susum tulang dan sumsum
tulang belakang banyak dimasuki racun dan terjadi timbulan racun secara kronik
(pelan – pelan).
Energi racun
pada tubuh akan memberikan efek lokal seperti : iritasi, reaksi alergi, ulkus,
acne. Selain itu juga terdapat gejala – gejala keracunan sistematik dengan
organ tubuh yang terkena.
- Cara kerja racun
Racun dapat
meracuni badan kita dengan cara:
§
Mempengaruhi
kerja hormon/enzim
Enzim/hormon
terdiri dari protein komplek yang dalam bekerjanya perlu adanya co –
factor/aktivator yang biasanya berupa logam berat atau vitamin.
Bahan –
bahan racun itu sifatnya dapat menonaktifkan aktivator sehingga hormon tidak
dapat bekerja atau langsung nonaktif.
§
Masuk
beraksi ke dalam sel, sehingga mempengaruhi/menghambat kerja sel.
§
Merusak
jaringan sel sehingga timbul histamine dan serotonin. Ini akan menimbulkan reaksi alergi, juga kadang – kadang terjadi reaksi
oksidasi terhadap racun, sehingga dapat terjadi senyawa baru yang lebih
beracun.
- Fungsi detoksikasi
Racun yang
masuk ke dalam tubuh akan mengalami proses detoksikasi di dalam hati oleh
fungsi hati. Senyawa racun akan diubah menjadi senyawa lain yang sifatnya sifatnya
tidak lagi beracun terhadap tubuh. Jika jumlah racun dari hati berjalan baik,
maka tubuh tidak akan terjadi gejala – gejala keracunan. Dan apabila
sebaliknya, maka tubuh kita akan terjadi keracunan dan hati akan mengalami
kerusakan.
Fungsi detoksikasi
hati dapat dilakukan secara; reaksi oksidasi, reaksi oksidasi, reaksi
hydrolisa, reaksi synthesa/conjungas/methylisasi.
- Pengeluaran racun dari tubuh
Racun yang
masuk ke dalam badan dapat dikeluarkan dari badan biasanya terdapat pada
jaringan – jaringan yang berkadar lemak tinggi dan ini akan memberikan efek
keracunan kronik. Beberapa bahan toksik yang inert dieliminasi dalam bentuk
aslinya dan sebagian mengalami metabolisme atau dipisahkan dan kemudian
dieliminasi dari tubuh dengan beberapa cara:
-
Paru
– paru ekspirasi
-
Saliva
dan keringat/kulit
-
Hati
lewat saluran empedu dan akhirnya keluar lewat faces/kotoran
-
Ginjal
akhirnya melalui saluran empedu bersama urine/air kencing.
- Pengaruh bahan kimia yang ada diudara:
Yang berupa
partikel – partikel kapas, menyebabkan :
-
Perangsangan
: kapas, sabun, bubuk, kertas
-
Toksik
(beracun); Pb, As, Mn, dan lain – lain
-
Fibrosis
(pada paru-paru) : debu kwarsa, asbes
-
Alergi
: tepung sari, kapas, wool, bulu kucing
-
Menimbulkan
demam, fume/uap logam Zn.
-
Inert
(tidak menimbulkan reaksi jaringan hanya menganggu kenyamanan kerja), kayu,
aluminium, kapur dan lain – lain.
Yang berupa
gas/uap (bukan partikel) menyebabkan:
-
Perangsangan
: kapas, sabun, bubuk, kertas
-
Aspiksian (sesak nafas) :metan, N2, CO2,
Helium, dan lain – lain.
-
Toksik
(beracun) senyawa organik/anorganik
-
Merusak
jaringan tubuh
-
Anestesi
: trichloretilen
-
Merusak
alat – alat dalam : CCl4
-
Merusak
susunan darah : benzene
-
Merusak
susunan syaraf, parathion, dsb.
6. Monitoring
biologik
Seorang
yang mengalami keracunan, dapat diketahui dengan adanya gejala – gejala
keracunan. Gejala ini dapat berupa gejala umum (non spesifik) dan gejala
spesifik. Untuk memastikan telah terjadi keracunan atau untuk monitoring
terhadap terjadinya keracunan di badan, dapat dilakukan pemeriksaan
laboratorium dari badan pemeriksaan ini dinamakan biological monitoring.
Biological
monitoring ini dapat dilakukan melalui
pemeriksaan secara periodik dari: urin, feces, darah, kuku, rambut.
7. gejala – gejala keracunan
Racun yang
masuk ke dalam badan, yang telah menjalar ke organ – organ tubuh (sistemik)
dapat menimbulkan gejala – gejala keracunan. Gejala tersebut dapat berupa
gejala non spesifik dan gejala spesifik. Gejala non spesifik : pusing, mual,
muntah, gemetar, lemah badan, pandangan kunang – kunang, sukar tidur, nafsu
makan, berkurang, sukar berkonsentrasi, pikiran, dsb. Gejala spesifik: kulit
merah, kejang, air liur berlebihan dsb.