Setiap pekerjaan baru yang dikerjakan
pasti akan memiliki kendala tersendiri daripada pekerjaan yang sudah biasa
dilakukan, atau bahkan menimbulkan rasa tidak nyaman saat mengerjakannya.
Ketidak nyamanan tersebut dapat berpotensi tidak aman bagi perkerja. Karyawan berpengalaman
mungkin merasa sangat nyaman melakukan pekerjaan yang sudah biasa dilakukannya
sehingga terkadang mengambil risiko tertentu atau bahkan membahayakan. Terlepas
dari tingkat pengalaman pekerja, wewenang Stop Working Authority sangat
diperlukan. SWA adalah kebijakan yang memberdayakan semua pekerja untuk
menghentikan operasi jika ada kondisi yang berbahaya. “jika kita menggunakan
SWA sebagai bagian dari budaya, dan diterapkan setiap kali ada masalah, maka
korban jiwa dan luka dapat diminimalisir.
Menurut Undang – Undang, perusahaan
harus menyediakan tempat kerja yang aman
dan sehat bagi pekerja agar bebas dari bahaya. Pekerja memiliki hak untuk
menolak melakukan pekerjaan berbahaya, dan jika mereka melakukan agar dapat
dilindungi oleh perusahaan. Kebijakan SWA di tempat kerja dapat mengantisipasi
bahaya. Setiap pekerja harus bersikap proaktif dalam menciptakan lingkungan
yang aman dan memperkuat hak karyawan untuk menghentikan pekerjaan yang tidak
aman.
Implementasi Stop Working Authority (SWA)
Jika setiap pekerjaan melihat ada sesuatu
yang dilakukan dengan tidak hati – hati, terkadang pekerja lain hanya diam dan
tidak mengatakan apapun atas kesalahan tersebut. Untuk mendorong karyawan
berhenti bekerja jika dalam situasi berbahaya, kebijakan SWA perlu diterapkan
selama orientasi pekerja baru. Manajemen puncak perlu memberikan sosialisasi
kebijakan dan melatih pekerja untuk mengetahui bahaya. Perusahaan juga harus
melatih pekerja tentang bagaimana melakukan intervensi dan menghentikan
pekerjaan rekan kerja jika dilakukan dengan tidak hati – hati.
Jika karyawan berhenti bekerja karena
kondisi tidak aman, perusahaan tidak dapat begitu saja menggantikannya dengan
pekerja lain yang bersedia melakukan pekerjaan itu, perusahaan perlu mengvealuasi situasi
terlebih dahulu untuk menemukan akar penyebab bahaya potensial. Ketika kita
berhenti bekerja, kita tidak langsung menghentikan perusahaan dan pulang. Dalam
situasi berhenti bekerja, pekerja yang diberikan SWA harus diberitahu tentang proses SWA,
pelatihan.
Pada sistem manajemen HSE, insiden masih dapat terjadi karena pekerja
akan berinteraksi dengan sistem. Perilaku tidak aman adalah masalah sistematis
yang harus ditangani. Apapun hasil dari investigasi SWA, pekerja yang menghentikan
harus didukung. Jika pekerja yang memberikan SWA diejek, atau didiskriminasi
oleh atasan, rekan kerja pekerja lain tidak akan berbicara saat melihat bahaya
pada masa yang akan datang.
Kunci dari SWA adalah menjadikan SWA
menjadi bagian dari perbaikan terus menerus (Continue
Improvement) . organisasi terbaik mengakui bahwa peruabahan perlu dilakukan
bila segala sesuatunya tidak berjalan dengan baik. SWA bukanlah obat penyembuh,
SWA hanya dilakukan jika benar – benar perlu. Jika terlalu serign digunakan dan
pada saat yang tidak tepat akan menjadi masalah yang lebih besar di dalam
budaya di tempat kerja, SWA bisa disalahgunakan oleh pihak yang tidak
bertanggungjawab. “kita seharusnya tidak mengandalkan pekerja untuk menolak
pekerjaan yang tidak aman, namun harusnya perusahaan tidak memberikan pekerjaan
yang tidak aman kepada pekerja.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar