Senin, 20 November 2017

STOP WORKING AUTHORITY



Setiap pekerjaan baru yang dikerjakan pasti akan memiliki kendala tersendiri daripada pekerjaan yang sudah biasa dilakukan, atau bahkan menimbulkan rasa tidak nyaman saat mengerjakannya. Ketidak nyamanan tersebut dapat berpotensi tidak aman bagi perkerja. Karyawan berpengalaman mungkin merasa sangat nyaman melakukan pekerjaan yang sudah biasa dilakukannya sehingga terkadang mengambil risiko tertentu atau bahkan membahayakan. Terlepas dari tingkat pengalaman pekerja, wewenang Stop Working Authority sangat diperlukan. SWA adalah kebijakan yang memberdayakan semua pekerja untuk menghentikan operasi jika ada kondisi yang berbahaya. “jika kita menggunakan SWA sebagai bagian dari budaya, dan diterapkan setiap kali ada masalah, maka korban jiwa dan luka dapat diminimalisir.

Menurut Undang – Undang, perusahaan harus  menyediakan tempat kerja yang aman dan sehat bagi pekerja agar bebas dari bahaya. Pekerja memiliki hak untuk menolak melakukan pekerjaan berbahaya, dan jika mereka melakukan agar dapat dilindungi oleh perusahaan. Kebijakan SWA di tempat kerja dapat mengantisipasi bahaya. Setiap pekerja harus bersikap proaktif dalam menciptakan lingkungan yang aman dan memperkuat hak karyawan untuk menghentikan pekerjaan yang tidak aman.

Implementasi Stop Working Authority (SWA)
Jika setiap pekerjaan melihat ada sesuatu yang dilakukan dengan tidak hati – hati, terkadang pekerja lain hanya diam dan tidak mengatakan apapun atas kesalahan tersebut. Untuk mendorong karyawan berhenti bekerja jika dalam situasi berbahaya, kebijakan SWA perlu diterapkan selama orientasi pekerja baru. Manajemen puncak perlu memberikan sosialisasi kebijakan dan melatih pekerja untuk mengetahui bahaya. Perusahaan juga harus melatih pekerja tentang bagaimana melakukan intervensi dan menghentikan pekerjaan rekan kerja jika dilakukan dengan tidak hati – hati.

Jika karyawan berhenti bekerja karena kondisi tidak aman, perusahaan tidak dapat begitu saja menggantikannya dengan pekerja lain yang bersedia melakukan pekerjaan itu,  perusahaan perlu mengvealuasi situasi terlebih dahulu untuk menemukan akar penyebab bahaya potensial. Ketika kita berhenti bekerja, kita tidak langsung menghentikan perusahaan dan pulang. Dalam situasi berhenti bekerja, pekerja yang diberikan  SWA harus diberitahu tentang proses SWA, pelatihan.

Pada sistem manajemen HSE,  insiden masih dapat terjadi karena pekerja akan berinteraksi dengan sistem. Perilaku tidak aman adalah masalah sistematis yang harus ditangani. Apapun hasil dari investigasi SWA, pekerja yang menghentikan harus didukung. Jika pekerja yang memberikan SWA diejek, atau didiskriminasi oleh atasan, rekan kerja pekerja lain tidak akan berbicara saat melihat bahaya pada masa yang akan datang.

Kunci dari SWA adalah menjadikan SWA menjadi bagian dari perbaikan terus menerus (Continue Improvement) . organisasi terbaik mengakui bahwa peruabahan perlu dilakukan bila segala sesuatunya tidak berjalan dengan baik. SWA bukanlah obat penyembuh, SWA hanya dilakukan jika benar – benar perlu. Jika terlalu serign digunakan dan pada saat yang tidak tepat akan menjadi masalah yang lebih besar di dalam budaya di tempat kerja, SWA bisa disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. “kita seharusnya tidak mengandalkan pekerja untuk menolak pekerjaan yang tidak aman, namun harusnya perusahaan tidak memberikan pekerjaan yang tidak aman kepada pekerja.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Paparan Asap Rokok di Tempat Kerja

  Paparan asap rokok selalu dikaitkan dengan penyakit kronis seperti kanker paru – paru, penyakit jantung koroner, dan stroke dan e...